Selasa, 29 September 2009

Mengenal Bunda Kasih Pembawa Damai

Mengenal Bunda Kita, Maria

Suatu hal umum bahwa dalam tradisi perjanjian baru Yesus itu berasal dari Nasaret, dan ibuNya bernama Maria. Maria bukanlah wanita terpelajar, namun orang tuanya mendidiknya, membina dalam menekuni kitab suci. Bagi penduduk Nasaret kanak-kanak Yesus adalah anak Yusuf, tukang kayu. Sedang bagi bangsa yang sedang menantikan datangnya Almasih, peranan Yusuf sangat penting. Seturut nobuat-nobuat yang paling tua meramalkan bahwa harus lahir dari keturunan raja Daud.Yusuf mengakui Yesus sebagai anak Putra asuhannya, yang kemudian dimasukkan dalam dalam anggota wangsa Daud.

Maria sebagai bunda Yesus. Keluhuran Maria, di sini tergantung Allah, ia yang memilih dan merahmatinya, pada Yesus puteranya, dan pada Roh Kudus yang menjiwai hidupnya. Kekhasan keluhuran Maria adalah bahwa dia Bunda Allah Penebus. Seandainya Maria hanya ibu Yesus secara jasmaniah, maka tidak ada banyak keluhuran-keluhurannya. Orang yang tidak percaya dan memandang Yesus sebagai manusia biasa, pasti memandang Maria juaga sebagai ibu manusiawi yang biasa saja. Sedangkan orang Kristen sendiri tidak memiliki pandangan yang seragam. Santo Agustinus pernah mengatakan: “Maria telah menyambut Yesus dalam imannya sebelum menyambutNya dalam rahimnya”. (Fide prius quam ventre concepit); “Bukanlah bersetubuh lantas mengandung, melainkan percaya lalu mengandung”. (“…….non concubuit et concepit”). Maria melahirkan sebagai perawan, ini bisa berarti “ Yesus lahir dari perawan”. Pada Sinode Milano yang dipimpin Ambrosius akhir abad V, ajaran itu telah dipertahankan sebagai ajaran iman.


Anak-Anak Maria

Paus Yohanes Paulus II memilih huruf “M” (Maria) untuk lambang kepausannya. Huruf itu terletak di samping salah satu lengan salib. Dengan moto “Totus Tuus” sepenuhnya milikmu, Paus memberikan diri sepenuhnya kepada Kristur melalui Yesus. Injil Yohanes mencerminkan penulisnya. Yohanes murid yang dikasihi, berdiri bersama Maria, ibu Yesus di kaki salib. Ketika Yesus mempercayakan Yohanes kepada Maria sebagai puteranya. Ia juga mempercayakan juga Maria kepada Yohanes menjadi ibunya. Gereja melihat pengangkatan atau penunjukan ini sebagai penunjukan kepada semua umat kristen. Kita semua menjadi anak-anak Maria. Paus adalah pewaris Petrus, tapi yang ini memilih nama dari dua “rasul terhebat” lain yaitu Yohanes dan Paulus. Bersama Yohanes ia berdiri di kaki salib, bersama Maria bundanya. Bersama paulus, ia melakukan perjalanan ke negara-negara yang kafir dan asing.


Maria Pambawa Damai

Kedamaian adalah berkat dimana Tuhan dapat dan akan memberikan kepada kita, tapi hanya apabila kita membuka diri kita terhadap berkat ini. Seorang membuka dirinya terhadap berkat ini apabila seseorang berdoa, puasa, percaya dan membiarkan dirinya dipimpin oleh Tuhan; dan apbila seseorang mau menempuh jalan ke Tuhan atau bersama Bunda Maria ke Tuhan, kemudian seseorang selalu menggambarkan ini seperti jalan perubahan iman. Berdoa untuk perubahan iman dan kemudian kita hidup didalam perubahan iman kita. Alasan perubahan iman kita adalah cinta dan penngampunan Tuhan. Apabila kita dipanggil oleh Tuhan untuk merubah iman kita, itu berarti Tuhan memberikan kita kesempatan untuk meninggalkan jalan-jalan kita yang salah dan kambali ke jalan yang baru. Maka untuk itu kita dengan sadar berterima kasih kepada Tuhan bahwa Dia memberikan kesempatan lagi kepada kita! Dari sisi kita, perubahan iman, berarti kita meninggalkan jalan yang salah, bahwa kita membebaskan diri dari ketergantungan-ketergantungan yang merusak diri kita sendiri. Untuk membebaskan diri kita dari segala dosa dan dari semua yang jahat, kita harus mulai berdoa (bagaimana dengan Rosario?), dengan demikian kita mendapatkan tenaga untk membebaskan diri kita.

Pada suatu titik, St Paulus berkata: “Kamu belum melawan kejahatan dengan darahmu”. Pesan untuk menjadi pembawa damai berarti mencintai dan seperti Yesus berkata, berilah kedamaian kepada mereka yang hidup tanpa kedamaian, bahkan kepada penuntut-penuntumu. Bunda Maria memberi petunjuk kepada orang banyak mulai dari berjuang untuk kehidupan dan melawan kematian. St Fransiskus saat sebelum meninggal dunia berkata: “saudara-saudara sekalian, kita kan mulai lagi yang baru, karena sampai sekarang belum berbuat sesuatu”. Dalam doa seseorang dapat hidupkan perubahan iman dalam dua tingkat. Apabila hari ini kita mulai berdoa seperti kita kita dapat berdoa sekarang, ini sudah berarti melakukan perubahan iman, kita harus juga berdoa bahwa kita melakukan perubahan iman. Ini berarti kita menempatkan diri “lebih dalam” secara progresive dalam kehendak Allah. Bisa saj terjadi dalam doa-doa kita menjadi suatu usaha dan bahkan merupakan suatu pertarungan untuk mnegubah kehendak Allah, tetapi apbila kita melakukan perubahan iman dalam doa, kita kan lebih bersedia menerima kehendak Allah dan menempatkan kehendak kita di bawah kehendakNya. Tujuan dari perubahan iman dalam doa adalah untuk mebersihkan hati menerima berkat Allah yang ingin diberikanNya kepada kita.


Bunda Kasih Yang Paling Adil

Maria mempunyai banyak gelar yang ajaib dan misterius. Banyak dari mereka ditemukan dalam “Litani Loreto” yang terkenal. Namun gelar Bunda Kasih Yang Paling Adil merupakan kontribusi asli dari Paus Yohanes Paulus II. Pertama ia memperkenalkan dalam suratnya kepada keluarga tahun 1994. Beberapa komentar mencatat keistimewaan pandangan ini, namun yang jelas didapat kesimpulan bahwa Paus mempunyai devosi besar kepada kepada Maria. Tema “Kasih yang Paling Adil” diperkenalkan dalam bab 13 dari surat itu (The Two Civilizations) dan berkembang dalam relasi dengan bunda Maria dalam bab 20 (Mother of the Fairet Love). Istilah itu sebenarnya berasal dari kitab suci yang paling digemari Paus.

Paus berkata: “ Pengalaman kasih yang paling adil ini jelas digambarkan dalam Kidung Agung. Sejarah dimulai dari Adam dan Hawa, “Sejarah kasih yang adil bedara dalam satu citra sejarah keselamatan umat manusia” Justru karena itu hanya Maria saja yang layak mendapatkan gelar “Bunda Kasih yang adil”. Memang ia lahir setelah Hawa, setelah pengantin Kidung Agung, namun hanya melalui dia-lah kasih yang tak ada bandingannya memasuki ruang dan waktu dunia. Dalam ensiklik Maria “Redemptoris Mater” Yohanes Paulus, kita akan jelas bahwa bagi Paus, kasih kepada Kristus, tidak bisa dibayangkan tanpa kasih kepada sang Ibu. Seperti yang pernah dikatakan Ibu Teresa: “Tanpa Maria? Tidak ada Yesus!”Melalui kebangkitan dan kenaikan Yesus ke Surga, melalui peristiwa Maria dingkat ke Surga, bukan hanya daging manusi, tapi juga sejarah manusia diabadikan dan dimuliakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar